Perang Dagang Global: Ketegangan Amerika, Keteguhan Cina dan Rusia
Jakarta, - Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan dinamika baru dalam percaturan ekonomi global. Dua negara besar—Cina dan Rusia—menjadi pusat perhatian, bukan karena kepanikan atau keterpurukan di tengah tekanan internasional, melainkan karena ketangguhan mereka dalam menghadapi gempuran dari negara adidaya, Amerika Serikat.
![]() |
Perang Dagang Global: Amerika Serikat vs Cina dan Rusia |
Awal Mula Perang: Amerika Menyerang, Cina Membalas
Perang dagang ini mencuat ketika Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump memulai langkah agresif untuk mengukuhkan kembali dominasinya di puncak kekuatan ekonomi dunia. Salah satu gebrakan awalnya adalah menaikkan tarif impor barang dari Cina sebesar 34 persen—angka yang luar biasa tinggi mengingat tarif antarnegara biasanya hanya berkisar 5–10 persen.
Tak tinggal diam, Cina membalas dengan kenaikan tarif serupa. Ketegangan pun memanas. Amerika kembali merespons secara progresif dengan tarif tambahan yang meningkat tajam hingga 125–145 persen. Hal ini membuat produk Cina sulit bersaing di pasar AS. Sebaliknya, Cina juga membalas dengan strategi jitu, menaikkan tarif impor untuk produk-produk Amerika, menciptakan efek isolasi ekonomi timbal balik.
Strategi Cerdas Cina: Menyerang Lewat Ketahanan dan Diplomasi
Yang menarik, alih-alih menunjukkan kepanikan, Cina justru menghadapi tekanan ini dengan strategi yang terukur. Melemahnya nilai tukar Yuan, yang biasanya dianggap sebagai kelemahan, justru dijadikan keuntungan: barang ekspor Cina menjadi lebih murah dan kompetitif di pasar global.
Tak hanya itu, sistem pemerintahan terpusat di bawah Partai Komunis memberikan Cina kendali lebih dalam menghadapi gejolak pasar. Mereka pun mendorong konsumsi domestik dan menguatkan hubungan dagang dengan negara-negara di kawasan Global South untuk mencari pasar baru. Langkah diplomatik pun diambil dengan menggugat Amerika Serikat ke World Trade Organization (WTO), menandakan bahwa Cina tak sekadar bertahan, tetapi juga menyerang secara strategis.
Rusia: Terisolasi Namun Tetap Bertahan
Sementara itu, Rusia menghadapi sanksi ekonomi berkepanjangan akibat ketegangan politik dan konflik global. Isolasi internasional yang diperparah oleh kebijakan Trump membuat Rusia kehilangan banyak akses, termasuk pembatasan sektor perbankan, embargo teknologi, hingga pemutusan rantai pasok.
Namun, lonjakan harga energi dan pangan global justru memberi nafas tambahan bagi ekonomi Rusia. Sebagai pengekspor utama minyak, gas, dan gandum, Rusia tetap mendapat pemasukan besar. Meski pasar ekspor mereka kini lebih terbatas, negara-negara seperti Cina dan India menjadi mitra strategis yang penting dalam menjaga sirkulasi ekonomi Rusia tetap berjalan.
Aliansi Global: BRICS Menantang Dominasi Dolar
Situasi ini membawa Rusia dan Cina ke dalam aliansi strategis yang lebih erat. Melalui BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan), kedua negara sepakat mengembangkan sistem pembayaran baru bernama Brakspay. Tujuannya? Mengurangi ketergantungan global terhadap Dolar AS.
Langkah ini bukan hanya simbol perlawanan terhadap dominasi Amerika, tetapi juga sebuah upaya nyata membangun tatanan ekonomi baru yang lebih multipolar.
Dampak Perang: Amerika dan Cina Sama-sama Terpukul
Meski terkesan percaya diri, Amerika Serikat pun tak kebal dari dampak perang dagang. Profesor ekonomi Justin Wolfers dari University of Michigan memperkirakan bahwa biaya hidup di AS meningkat hingga 6 persen, atau sekitar USD 5.000 (setara Rp83,6 juta) per rumah tangga setiap tahunnya.
Sementara itu, meskipun data spesifik dari Cina belum diungkap secara gamblang, jelas bahwa gangguan ekspor ke pasar Amerika—yang mencakup 14 persen dari total ekspor Cina—telah memberi pukulan besar terhadap perekonomian negeri Tirai Bambu.
Dampak Global: Indonesia Tak Luput
Perang dagang dua raksasa dunia ini juga berdampak pada negara-negara lain, termasuk Indonesia. Ketidakpastian pasar global membuat investor menahan modal, nilai tukar berfluktuasi, dan ekspor barang mentah Indonesia menjadi lesu akibat turunnya permintaan dari Cina.
Jika dominasi dolar mulai terkikis dan BRICS sukses mendorong sistem perdagangan alternatif, maka tatanan ekonomi global kemungkinan besar akan mengalami perubahan mendasar.
Baca juga:
👉 Trump dan Netanyahu Siap Perangi Gaza, Tarif Dagang, dan Ketegangan dengan Iran
Kesimpulan: Perang yang Mengubah Dunia
Perang dagang antara Amerika Serikat melawan Cina dan Rusia bukan sekadar perebutan pasar—ini adalah perebutan pengaruh, kekuasaan, dan masa depan ekonomi dunia. Dalam pertempuran ini, Cina dan Rusia membuktikan diri sebagai negara yang tidak mudah gentar. Dengan strategi cerdas, aliansi kuat, dan manuver diplomatik yang jitu, mereka bukan hanya bertahan—tetapi juga menyerang.
Dan jika sejarah berpihak pada mereka, maka dunia mungkin akan segera menyaksikan pergeseran kekuatan global yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak era Perang Dingin.
Belum ada Komentar untuk "Perang Dagang Global: Ketegangan Amerika, Keteguhan Cina dan Rusia"
Posting Komentar